SYARAT PERTUMBUHAN
1. IKLIM
a. Jagung dapat tumbuh didaerah yang terletak antara 0-5 derajat
LU hingga 0-40 derajat LS.
b. Pada lahan yang tidak beririgasi, pertumbuhan tanaman
memerlukan curah hujan ideal sekitar 85-200 mm/bulan dan harus merata. Pada
fase pembungaan dan pengisian biji tanaman jagung perlu mendapatkan cukup air.
Sebaiknya jagung ditanam diawal musim hujan, dan menjelang musimkemarau.
Pertumbuhan tanaman jagung sangat membutuhkan sinar
matahari. Tanaman jagung yang ternaungi, pertumbuhannya akan terhambat/merana
dan memberikan biji yang kurang baik bahkan tidak dapat membentuk buah. Suhu
yang dikehendaki tanaman jagung antara 21-34 derajat C, akan tetapi bagi
pertumbuhan tanaman yang ideal memerlukan suhu optimum antara 23-27 dserajat C.
Pada proses perkecambahan benih jagung memerlukan suhu yang cocok sekitar 30
derajat C. Saat panen jagung yang jatuh pada musim kemarau akan lebih baik dari
pada musim hujan, karena berpengaruh terhadap waktu pemasakan biji dan
pengeringan hasil.
2. MEDIA TANAM
a. Agar tanaman jagung dapat tumbuh optimum tanah harus
gembur, subur dan kaya humus.
b. Jenis tanah yang dapat ditanami jagung antara lain
andosol, latosol, grumosol, tanah berpasir. Pada tanah-tanah dengan tekstur
berat masih dapat ditanami jagung dengan hasil yang baik dengan pengolahan
tanah secara baik. Sedangkan untuk tanah dengan tekstur lempung/liat berdebu adalah
yang terbaik untuk pertumbuhan.
c. Keasaman tanah yang baik bagi pertumbuhan tanaman jagung
adalah antara 5,6-7,5.
d. Tanah dengan kemiringan kurang dari 8% dapat ditanami
jagung, karena disana kemungkinan terjadi erosi tanah sangat kecil. Sedangkan
daerah dengan tingkat kemiringan lebih dari 8%, sebaiknya dilakukan pembentukan
teras terlebih dahulu.
3. KETINGGIAN TEMPAT
Jagung dapat ditanam di Indonesia dari dataran rendah sampai
di daerah pegunungan yang memiliki ketinggian antara 1000-1800 m dpl. Daerah
dengan ketinggian optimum antara 0-600 m dpl merupakan ketinggian yang baik bagi
pertumbuhan tanaman jagung.
TEKNIK BERCOCOK TANAM
1. PERSIAPAN
Tanaman jagung memerlukan aerasi dan drainase yang baik
sehingga perlu penggemburan tanah. Pada umumnya persiapan lahan untuk tanaman
jagung dilakukan dengan cara dibajak sedalam 15-20 cm, diikuti dengan
penggaruan tanah sampai rata.
Ketika mempersiapkan lahan, sebaiknya tanah jangan terlampau
basah tetapi cukup lembab sehingga mudah dikerjakan dan tidak lengket. Untuk
jenis tanah berat dengan kelebihan, perlu dibuatkan saluran drainase.
2. PENANAMAN
Pada saat penanaman tanah harus cukup lembab tetapi tidak
becek. Jarak tanaman harus diusahakan teratur agar ruang tumbuh tanaman seragam
dan pemeliharaan tanaman mudah. Beberapa varietas mempunyai populasi optimum
yang berbeda. Populasi optimum dari beberapa varietas yang telah beredar
dipasaran sekitar 50.000 tanaman/ha Jagung dapat ditanam dengan menggunakan
jarak tanam 100 cm x 40 cm dengan dua tanaman perlubang atau 100 cm x 20 cm
dengan satu tanaman perlubang atau 75 cm x 25 cm dengan satu tanaman perlubang.
Lubang dibuat sedalam 3-5 cm menggunkan tugal, setiap lubang diisi 2-3 biji
jagung kemudian lubang ditutup dengan tanah.
3. PEMUPUKAN
· Dari semua unsur
hara yang diperlukan tanaman yang paling banyak diserap tanaman adalah unsur
Nitrogen (N), fosfor (P) dan kalium (K).
· Nitrogen dibutuhkan
tanaman jagung selama masa pertumbuhan sampai pematangan biji. Tanaman ini
menghendaki tersedianya nitrogen secara terus menerus pada semua stadia
pertumbuhan sampai pembentukan biji. Kekurangan nitrogen dalam tanaman walaupun
pada stadia permulaan akan menurunkan hasil.
· Tanaman jagung
membutuhkan pasokan unsur P sampai stadia lanjut, khususnya saat tanaman masih
muda. Gejala kekurangan fosfat akan terlihat sebelum tanaman setinggi lutut.
· Sejumlah besar
kalium diambil tanaman sejak tanaman setinggi lutut sampai selesai pembungaan.
4. PEMELIHARAAN
Tindakan pemeliharaan yang dilakukan antara lain penyulaman,
penjarangan, penyiangan, pembubuan dan pemangkasan daun. Penyulaman dapat
dilakukan dengan penyulaman bibit sekitar 1 minggu. Penjarangan tanaman
dilakukan 2-3 minggu setelah tanam. Tanaman yang sehat dan tegap terus di
pelihara sehingga diperoleh populasi tanaman yang diinginkan.
Penurunan hasil yang disebabkan oleh persaingan gulma sangat
beragam sesuai dengan jenis tanaman, jenis lahan, populasi dan jenis gulma
serta faktor budidaya lainnya. Periode kritis persaingan tanaman dan gulma
terjadi sejak tanam sampai seperempat atau sepertiga dari daur hidup tanaman
tersebut.
Agar tidak merugi, lahan jagung harus bebas dari gulma.
Penyiangan dilakukan pada umur 15 hari setelah tanam dan harus dijaga jangan
sampai menganggu atau merusak akar tanaman. Penyiangan kedua dilakukan
sekaligus dengan pembubuan pada waktu pemupukan kedua. Pembubuan selain untuk
memperkokoh batang juga untuk memperbaiki drainase dan mempermudah pengairan.
Tindakan pemeliharaan lainnya yaitu pemangkasan daun.Daun
jagung segar dapat digunakan sebagai makanan ternak. Dari hasil penelitian
pemangkasan seluruh daun pada fase kemasakan tidak menurunkan hasil secara
nyata karena pada fase itu biji telah terisi penuh.
5. PENGAIRAN
Air sangat diperlukan pada saat penanaman, pembungaan (45-55
hari sesudah tanam) dan pengisian biji (60-80 hari setelah tanam). Pada masa
pertumbuhan kebutuhan airnya tidak begitu tinggi dibandingkan dengan waktu
berbunga yang membutuhkan air terbanyak. Pada masa berbunga ini waktu hujan
pendek diselingi dengan matahari jauh lebih baik dari pada huja terus menerus.
Pengairan sangat penting untuk mencegah tanaman jagung agar
tidak layu. Pengairan yang terlambat mengakibatkan daun layu. Daerah dengan
curah hujan yang tinggi, pengairan melalui air hujan dapat mencukupi. Pengairan
juga dapat dilakukan dengan mengalirkan air melalui parit diantara barisan
jagung atau menggunakan pompa air bila kesulitan air.
6. PENYAKIT DAN HAMA
Tanaman jagung terdiri atas akar, batang, daun, bunga dan
biji. Beberapa jenis hama dan penyakit tanaman jagung yang sering merusak dan
menggangu pertumbuhan jagung dan mempengaruhi produktivitas antara lain : hama
lundi, lalat bibit, ulat tanah, ulat daun, penggerek batang, ulat tentara, ulat
tongkol. Adapun penyakit tanaman jagung terdiri dari bulai, cendawan, bercak
ungu, karat. Sebelum terjadinya serangan hama dan penyakit pada tanaman jagung
tersebut maka dapat dilaksanakan langkah-langkah pencegahan dengan cara:
· Penggunaan varietas
bibit yang resisten
· Penggunaan
teknik-teknik agronomi
· Penggunaan
desinfektan pada benih yang akan ditanam
· Pemeliharaan dan
pemanfaatan musuh-musuh alami
7. PANEN
Waktu panen jagung di pengaruhi oleh jenis varietas yang
ditanam, ketinggian lahan, cuaca dan derajat masak. Umur panen jagung umumnya
sudah cukup masak dan siap dipanen pada umur 7 minggu setelah berbunga.
Pemanenan dilakukan apabila jagung cukup tua yaitu bila
kulit jagung sudah kuning. Pemeriksaan dikebun dapat dilakukan dengan
menekankan kuku ibu jari pada bijinya, bila tidak membekas jagung dapat segera
dipanen.
Jagung yang dipanen prematur butirannya keriput dan setelah
dikeringkan akan menghasilkan butir pecah atau butirnya rusak setelah proses
pemipilan. Apabila dipanen lewat waktunya juga akan banyak butiran jagung yang
rusak. Pemanenan sebaiknya dilakukan saat tidak turun hujan sehingga pengeringan
dapat segera dilakukan. Umumya jagung dipanen dalam keadaan tongkol berkelobot
(berkulit).
8. PASCA PANEN
Penanganan pasca panen bisa dengan cara pengeringan, pada
umumnya dilakukan dengan menghamparkan jagung dibawah terik matahari
menggunakan alas tikar atau terpal. Pada waktu cerah penjemuran dapat dilakukan
selama 3-4 hari. Dapat juga menggunakan mesin grain dryer. Kemudian jagung
dipipil, agar segera dijemur kembali sampai kering konstan (kadar air kurang
lebih 12%) agar dapat disimpan lama, biasanya memerlukan waktu penjemuran 60
jam sinar matahari.
Pengolahan jagung ada
2 macam yaitu :
a. Pengolahan basah (wet process), adalah pengolahan jagung
yang dilakukan dengan merendam jagung terlebih dahulu di dalam air sehingga
menghancurkannya lebih mudah, dan setelah itu dikeringkan.
b. Pengolahan kering (dry process), adalah pengolahan secara
kering tanpa perendaman, biasanya menghancurkannya lebih sukar dibandingkan
dengan cara basah.
Penanganan pasca panen jagung adalah semua kegiatan yang
dilakukan sejak jagung dipanen sampai dipasarkan kepada konsumen, kegiatannya
meliputi : pemanenan,pengangkutan, pengeringan, penundaan, perontokan dan
penyimpanan. Kegiatan penanganan pasca panen pada umumnya dilakukan oleh
petani, kelompok tani, koperasi dan para pedagang pengumpul serta didukung oleh
berbagai lembaga dalam masyarakat dalam satu kesatuan, maka disebut dengan
istilah Sistem Penanganan Pasca Panen.
Cara penanganan panen dan pasca panen yang kurang baik akan
memberikan dampak yang buruk terhadap mutu jagung, apabila mutu jagung menurun,
maka harga jual menurun dan pendapatan petani menjadi lebih rendah.
Faktor-faktor lain yang ikut mempengaruhi baik buruknya mutu jagung adalah
adanya jamur dan cendawan yang ditandai dengan warna kehitam-hitaman, kehijau-hijauan
atau putih pada buah jagung. Salah satu diantara jamur tersebut adalah
Aspergilis sp yang menghasilkan racun aslatoksin dan berbahaya bagi manusia
maupun ternak lainnya, jamur tersebut dapat dimatikan dengan pemanasan tetapi
racunnya tidak dapat ditangkal dengan pemanasan.
Sumber referensi
Werdhaningsih, dkk. 2016. Prakarya dan Kewirausahaan. Pusat
Kurikulum dan Perbukuan, Balitbang, Kemendikbud
Tidak ada komentar:
Posting Komentar